Sungguh miris, ketika kenyataan jauh dari harapan. Bertujuan mentecak generasi pejuang,pemikir dan pembaharu, tanpa memberikan fasilitas yang menunjang hal ini sudah jadi “PR” lama kampus hijau ini, terutama masalah fasilitas organisasi kemasiswaan, baik tingkat fakultas maupun universitas.
Tentu saja dengan kurangnya fasilitas, banyak mahasiswa dengan segudang bakat gemilangnya, terpaksa memangkas ekpresinya untuk berkarya. Jika ada wadah berekspresi yang menunjang, saya yakin, teman-teman mahasiswa tentunya akan sangat antusias untuk mengembangkan bakatnya dan berkarya atas nama kampus hijau ini.
Sadar atau memang pura-pura tidak sadar, sampai saat ini kampus begitu sepi. Entah kemana para calon pembaharu itu. Seakan mati suri, atau memang mereka sudah benar-benar punah? Keberadaan mahasiswa yang sepi ini, mengesankan bahwa mereka sudah tidak peduli dengan permasalahan dalam kampus.
Hal menyimbolkan kegagalan kampus dalam membina mahasiswa , yang “konon” katanya ingin mencetak mahasiswa pejuang, pemikir dan pembaharu. Seharusnya sebagai pengemban amanah dapat mengarahkan soft skill dalam lembaga kemahasiswaan yang ada di UNLA .
Apalagi, citra UNLA yang kurang memiliki jual tinggi didunia kerja. Sehingga keberadaan organisasi ini bisa menjadi suatu daya tarik perusahaan atau memiliki soft skill untuk membuat suatu usaha.
Disisi lain, organisasi ini bisa dijadikan suatu kendaraan untuk mencapai tridarma perguruan tinggi . dengan membuat suatu kegiatan yang dapat mengangkat reputasi UNLA dan kepercayaan masyarakat.
Begitu banyak organisasi kemahasiswaan yang mati atau masih hidup pun susah untuk berekspresi. Yang pada akhirnya kembali lagi permasalahan itu disebabkan pada fasilitas yang belum menunjang, sehingga tidak bisa memacu semangat kawan kawan mahasiswa untuk beraktifitas.
Dilihat dari segi bangunan saja, masih banyak organisasi yang tidak memiliki tempat tetap atau yang bisa dikatakan “no maden”. Keberadaan tempat atau sekre ini sangat penting, mengingat dalam sebuah organisasi dibutuhkan sarana untuk berekspresi, berdikusi dan berkumpul untuk bersilaturahim.Hal ini membuktikan dengan fasilitas yang ala kadarnya tidak efektif dan efisien.
Sebagai lembaga Pendidik tentunya UNLA harus dapat menjadi tauladan baik untuk para stakeholder khususnya mahasiswa sebagai calon penerus bangsa nantinya. Selain itu dari pihak fakultas dan universitas, seharusnya memberikan fasilitas yang menunjang untuk kegiatan akademik maupun kegiatan kemahasiswaan.
Karena dengan kondisi organisasi kemahasiswaan yang seperti ini, ditakutkan lambat laun membawa keterpurukan dan pada akhirnya punah.tentunya sangat diperlukan perubahan dan perbaikan secepatnya.
Oleh: Yana Junaidar (FE’08)